Hamba kecil yang bersembunyi diantara puisi.

Senin, 21 Desember 2020

(Puisi) IBU

 IBU

Oleh: Benny Yazidul Umam

Gambar dari google.com

Ibuku adalah butiran embun yang menempel di dedaunan
Memberikan kehidupan, menjemput kebahagiaan
Mengasihi senyuman, membersihkan puing-puing reruntuhan dengan hujan

Dengan sajak engkau larutkan mimpi, bu
Terombang ambing dikejar sebuah ilusi
Lembut hati selalu engkau tanamkan pada diri
Meski anakmu tak selalu mengerti.

Saban hari hatiku getir
Menghitung umur yang semakin renta
Tak sanggup aku merasakan,
Memandang pelipis ibu yang kian mengerut

Setiap malam menjelang mimpi
Anakmu selalu memohon kepada pencipta langit
Berikan sebagian umurku kepada ibu, tuhan
Agar aku bisa membalas jasa-jasa ibu
Meski aku tahu, sepanjang umurku tak akan mampu membalas kasih dan sayang ibu kepada anaknya.

Share:

Jumat, 18 Desember 2020

(Prosa) Beruntungnya Teman-Temanku

 Beruntungnya Teman-Temanku



Hai perkenalkan aku mahasiswa baru di Universitas ternama di Jogja. Aku senang bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi meski dalam keadaan sulit. Tidak hanya sulit dari segi ekonomi tapi dimasa pandemi menambah pelik kondisiku saat ini.

Pandemi membuatku runyam untuk menggali pengetahuan. Bosan, letih, pedih yang aku rasakan. Aku terkekang oleh kewajiban yang sangat samar. Membingungkan jika aku selalu bertanya-tanya kepada diriku sendiri, "belajar apa saja sejauh ini? Ah kamu ini hanya bisa mengeluh ditengah kondisi yang pilu."

"Apakah aku tidak boleh mengeluh?"

***
Teman-temanku sangat baik. Meskipun belum pernah bertemu empat mata. Mereka membalas keluh kesahku di media sosial.
"Ayok kamu pasti bisa, semangat."
Kalimat itu seakan membanjiri pikiranku dan membuatku berhenti untuk meringik, setidaknya di dunia maya.

Ditengah pandemi ini rasanya ingin duduk manis mendengarkan kajian yang dosen berikan. Aku ingin ambis. Aku ingin belajar dengan penuh kesunyian. Aku ingin fasilitas belajar yang mendukung. Ruangan dingin, meja dan kursi yang bagus cukup membuatku riang untuk belajar.

Beruntungnya teman-temanku saat pandemi pikiran dan tenaganya hanya untuk menimba ilmu. Aku iri dengan mereka yang bisa fokus dan ambis belajar. Aku tidak bisa seperti mereka karena harus membantu menjadi tulang punggung keluarga, agar mampu bertahan di perguruan tinggi. Aku harus menangkap semua pengetahuan sambil menambah pundi-pundi ekonomi.

Terkadang rasa capek menghampiri. Aku ingin menyerah. Aku dihadapkan oleh dua pilihan. Menyerah belajar agar aku bisa fokus bekerja? atau menyerah bekerja agar fokus belajar? Berhenti bekerja artinya memberhentikan belajarku dan berhenti belajar artinya memberhentikan mimpiku. Cukup! Aku memilih jalan keduanya dan ingin dengan cepat mengakhirinya.

Namun dibalik itu semua aku bersyukur mampu membersamai kondisi ini
Aku bisa menciptakan senyum lebar untuk orang tua
Aku bisa semakin kuat menghadapi kondisi seperti ini selanjutnya
Aku bisa dengan ringan memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan.

Mengeluh boleh, tapi setelah itu bangkitlah, karena larut dalam kata sambat membuatmu semakin terpuruk. Lawan apa saja yang menghambatmu. Sedikit demi sedikit akan melihatkan dirimu yang sebenarnya, diri yang kuat, tak kenal kata lelah dan siap menggapai masa depan yang cerah.

Selalu bersyukur dalam kondisi apapun.
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Allah akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya azab Allah sangat pedih." QS. Ibrahim : 7.

Share:

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts

Unordered List

Theme Support